Upaya Jakarta dalam Mengurangi Risiko Hujan Ekstrem
Pemerintah DKI Jakarta terus berupaya menghadapi ancaman hujan ekstrem yang diprediksi akan terjadi pada periode 17 hingga 21 Agustus 2025. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan melakukan modifikasi cuaca menggunakan bahan kimia seperti natrium klorida (NaCl) dan kalsium oksida (CaO). Sampai saat ini, sebanyak 12 ton bahan tersebut telah disemai ke udara untuk menangkal dampak buruk dari curah hujan yang tinggi.
Sekretaris Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta, Marulitu, menjelaskan bahwa operasi modifikasi cuaca dilakukan dalam 15 kali penerbangan. Total durasi penerbangan mencapai 24 jam 40 menit. Dalam pernyataannya, ia menyampaikan bahwa pemerintah Jakarta sangat komitmen untuk meminimalkan risiko genangan air serta dampak lain akibat cuaca ekstrem.
Operasi ini melibatkan tim gabungan yang terdiri dari berbagai instansi, termasuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta TNI Angkatan Udara. Bahan semai ditebarkan di beberapa wilayah seperti perairan utara Jakarta, Kabupaten Bekasi, Karawang, Lebak, Serang, Indramayu, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Cimahi Selatan, Landak, Pandeglang, dan Subang. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko peningkatan curah hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Tim gabungan juga fokus pada mitigasi banjir rob di area pesisir utara Jakarta dan Kepulauan Seribu. Sejak momentum Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia pada 17 Agustus lalu, tiga penerbangan setiap hari dilakukan untuk rekayasa cuaca. Rata-rata penggunaan bahan semai mencapai 800 kilogram per penerbangan.
Direktur Operasional Modifikasi Cuaca BMKG, Budi Harsoyo, menjelaskan bahwa tujuan dari operasi ini adalah untuk mengatur distribusi hujan di Jakarta dan beberapa kota satelitnya. “Agar tidak terkonsentrasi di wilayah rawan genangan dan banjir,” ujarnya.
Berdasarkan analisis BMKG, hujan terpantau masuk ke banyak wilayah daratan sebelum adanya modifikasi cuaca. Setelah operasi tersebut dilakukan, intensitas hujan terbukti dapat direduksi. Curah hujan di wilayah Jakarta menjadi lebih terkendali dan berkurang selama sepekan terakhir.
Strategi dan Teknik yang Digunakan
Operasi modifikasi cuaca menggunakan teknik tertentu untuk memengaruhi pola hujan. Proses ini melibatkan pelepasan bahan kimia ke awan yang berpotensi menghasilkan hujan. Dengan demikian, curah hujan bisa diatur agar tidak terlalu tinggi di suatu daerah tertentu.
Beberapa teknik yang digunakan antara lain:
- Penyemaian bahan kimia: Bahan seperti natrium klorida dan kalsium oksida ditempatkan di awan untuk memicu pembentukan butir air.
- Penggunaan pesawat khusus: Pesawat yang dilengkapi alat penyemaian digunakan untuk menyebarluaskan bahan kimia secara merata.
- Koordinasi lintas instansi: Tim gabungan yang terdiri dari BMKG dan TNI Angkatan Udara bekerja sama untuk memastikan efektivitas operasi.
Hasil dan Dampak Operasi
Hasil dari operasi modifikasi cuaca cukup signifikan. Curah hujan di Jakarta dan sekitarnya tercatat lebih rendah dibandingkan dengan prediksi sebelumnya. Hal ini membantu mengurangi risiko banjir dan genangan air, terutama di daerah-daerah yang sebelumnya rentan terkena dampak hujan ekstrem.
Selain itu, operasi ini juga memberikan dampak positif terhadap masyarakat. Mereka merasa lebih aman karena risiko banjir dan gangguan akibat cuaca ekstrem berkurang. Pemerintah DKI Jakarta berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas dalam menghadapi ancaman cuaca ekstrem.
Tantangan dan Langkah Ke depan
Meski operasi modifikasi cuaca berhasil, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Misalnya, keterbatasan sumber daya dan kebutuhan untuk terus meningkatkan kemampuan teknis. Selain itu, perlu adanya koordinasi yang lebih baik antar lembaga dan instansi terkait.
Langkah ke depan yang direncanakan oleh BPBD Jakarta adalah memperkuat sistem pemantauan cuaca dan memperluas cakupan operasi modifikasi cuaca. Selain itu, pemerintah juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya persiapan menghadapi cuaca ekstrem.
Dengan upaya-upaya ini, diharapkan Jakarta dan sekitarnya dapat lebih siap menghadapi ancaman cuaca ekstrem di masa mendatang.