Penggunaan Teknologi G-TAG dalam Latihan Militer di Indonesia
Kodam Jayakarta melakukan uji coba permainan simulasi perang yang disebut Guerilla Tactical Game (G-TAG) untuk meningkatkan kemampuan tempur para prajurit TNI. Teknologi ini menggabungkan sistem Multiple Integrated Laser Engagement System (MILES) dengan sistem skor real-time, sehingga memberikan pengalaman latihan yang lebih efektif dan realistis.
Menurut Dandim 0508/Depok, Letkol Inf. Iman Widhiarto, teknologi G-TAG saat ini hanya digunakan di tujuh negara, termasuk Indonesia. Namun, penggunaannya di TNI masih dalam tahap uji coba. “Saat ini belum digunakan secara resmi. Pangdam ingin mencoba apakah tentara bisa dilatih seperti ini. Ternyata bisa, dan ini masih dalam tahap uji coba,” jelasnya.
Peralatan G-TAG yang digunakan Kodam Jayakarta saat ini hanya tersedia di wilayah Depok, Jawa Barat. Menurut Iman, alat tersebut berasal dari vendor sipil, bukan dari sumber militer. “Alat ini diproduksi di Indonesia, 100 persen hasil produksi dalam negeri, tetapi menggunakan teknologi tertentu,” tambahnya.
Senjata G-TAG menyerupai senapan SS1, tetapi telah dimodifikasi dengan sensor. Selain itu, setiap pemain juga harus mengenakan rompi berteknologi sensor yang berfungsi untuk mendeteksi tembakan dari lawan. Hal ini membuat latihan menjadi lebih interaktif dan menantang.
Sebelum memulai latihan G-TAG, setiap peserta wajib mengenakan rompi sensor. Senjata yang digunakan pun dilengkapi sensor sehingga tembakan harus diarahkan ke rompi atau tubuh lawan. Jika terkena tembakan, sensor akan otomatis mencatatnya dan hasilnya langsung muncul di layar monitor. Dengan demikian, para prajurit dapat segera mengetahui hasil latihan mereka tanpa harus menunggu lama.
Keuntungan dan Potensi Penggunaan G-TAG
Penggunaan G-TAG memiliki beberapa keuntungan dalam pelatihan militer. Pertama, sistem real-time memungkinkan evaluasi langsung terhadap kinerja setiap prajurit. Kedua, teknologi sensor memastikan bahwa setiap tembakan yang diberikan dapat diukur secara akurat. Ketiga, latihan ini memberikan pengalaman yang lebih mirip dengan situasi nyata, sehingga meningkatkan kesiapan mental dan fisik para prajurit.
Selain itu, G-TAG juga memberikan kesempatan bagi industri lokal untuk berkembang. Produksi alat ini sepenuhnya dilakukan di dalam negeri, meskipun menggunakan teknologi asing. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung pengembangan teknologi pertahanan nasional.
Dalam waktu dekat, Kodam Jayakarta berencana memperluas penggunaan G-TAG ke wilayah lain. Dengan begitu, lebih banyak prajurit dapat merasakan manfaat dari teknologi ini. Proses pengujian ini juga akan terus dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dan kesiapan G-TAG sebagai alat pelatihan militer yang modern.
Tantangan dan Langkah Masa Depan
Meski memiliki potensi besar, penggunaan G-TAG juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah keterbatasan infrastruktur dan sumber daya. Untuk mengoperasikan sistem ini, dibutuhkan peralatan khusus serta pelatihan tambahan bagi para prajurit.
Selain itu, perlu adanya kerja sama antara militer dan sektor swasta dalam pengembangan teknologi. Vendor yang menyediakan alat G-TAG harus terus berinovasi untuk menjawab kebutuhan militer yang semakin kompleks.
Di masa depan, Kodam Jayakarta berharap G-TAG dapat menjadi bagian dari program pelatihan rutin TNI. Dengan penggunaan yang lebih luas, teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas latihan dan kesiapan pasukan dalam menghadapi berbagai ancaman.