Penyakit Chikungunya: Gejala, Diagnosis, dan Pencegahan
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus chikungunya (CHIKV) dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini dikenal dengan gejala demam mendadak dan nyeri sendi yang bisa sangat parah. Nama “chikungunya” berasal dari bahasa Kimakonde yang berarti “yang membuat membungkuk,” menggambarkan bagaimana penderita sering terlihat membungkuk karena rasa sakit yang hebat.
Penyakit ini pertama kali dikenali saat wabah terjadi di Tanzania pada tahun 1952. Sejak saat itu, chikungunya terus menyebar ke berbagai belahan dunia. Di Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan iklim tropis, chikungunya menjadi salah satu penyakit infeksi yang sering muncul. Virus ini umumnya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Ae. Albopictus.
Meskipun chikungunya jarang menyebabkan kematian, penyakit ini tidak boleh dianggap sepele. Pada sebagian besar orang, gejalanya membaik dalam waktu sekitar seminggu. Namun, pada bayi, lansia, atau orang dengan kondisi medis tertentu seperti diabetes atau gangguan kekebalan tubuh, penyakit ini bisa memicu komplikasi serius seperti dehidrasi berat, gangguan pernapasan, atau kerusakan organ.
Gejala Chikungunya
Gejala chikungunya biasanya mulai muncul 4–8 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. Awalnya, penyakit ini dimulai dengan demam tinggi yang disertai nyeri sendi hebat. Nyeri sendi ini bisa sangat menyiksa dan bertahan beberapa hari hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Gejala lain yang umum meliputi:
- Sendi bengkak
- Nyeri otot
- Sakit kepala
- Mual
- Kelelahan
- Ruam kulit
Gejala klinis chikungunya mirip dengan flu, tetapi ciri khasnya adalah demam tinggi bersamaan dengan nyeri sendi dan nyeri otot. Dalam kasus di Indonesia, sebagian besar pasien mengalami demam dan nyeri sendi. Keluhan lain seperti mata merah juga sering ditemukan.
Karena gejala chikungunya mirip dengan penyakit lain seperti demam berdarah dan Zika, diagnosis bisa sulit. Oleh karena itu, chikungunya sering kali salah didiagnosis. Meski gejala pada sebagian orang ringan, beberapa kasus bisa berkembang menjadi lebih berat, terutama pada kelompok rentan.
Diagnosis dan Pengobatan
Untuk mendiagnosis chikungunya, tes RT-PCR digunakan untuk mendeteksi virus dalam darah selama minggu pertama gejala muncul. Setelah itu, dokter biasanya menggunakan tes antibodi untuk melihat respons imun tubuh terhadap virus. Tidak ada obat antivirus khusus untuk chikungunya, sehingga pengobatan hanya fokus pada meredakan gejala.
Obat seperti parasetamol digunakan untuk mengurangi demam dan nyeri. Namun, obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen, dan natrium naproksen harus dihindari sampai infeksi lain seperti demam berdarah dipastikan tidak ada. Minum banyak air dan istirahat cukup sangat dianjurkan.
Jika nyeri sendi dan otot bertahan lama, dokter mungkin akan meresepkan steroid atau obat seperti methotrexate, yang biasa digunakan untuk artritis reumatoid.
Klasifikasi Stadium Chikungunya
Chikungunya berkembang dalam tiga tahap: akut, pasca akut, dan kronis.
Fase Akut:
Fase ini dimulai setelah masa inkubasi selama 3–7 hari. Gejala muncul secara tiba-tiba seperti demam tinggi, nyeri sendi, dan ruam kulit. Fase ini biasanya berlangsung selama 7–14 hari.
Fase Pasca Akut:
Setelah demam reda, fase ini ditandai dengan peradangan sendi yang meningkatkan nyeri. Gejala seperti artritis, tenosinovitis, dan bursitis sering muncul.
Fase Kronis:
Fase ini terjadi jika gejala bertahan lebih dari tiga bulan. Sekitar 40–80 persen pasien masih mengalami nyeri sendi. Kualitas hidup bisa terganggu karena rasa sakit yang berkepanjangan.
Komplikasi yang Bisa Terjadi
Meski jarang menyebabkan kematian, chikungunya bisa memicu komplikasi serius seperti encephalitis, mielitis, neuropati perifer, dan gagal ginjal. Risiko ini lebih tinggi pada bayi, lansia, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
Pencegahan Chikungunya
Pencegahan chikungunya dilakukan dengan menjaga lingkungan bersih dan mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk. Implementasi “3M Plus” sangat penting, yaitu:
- Menguras penampungan air secara rutin.
- Menutup rapat tempat penyimpanan air.
- Mendaur ulang atau membuang barang bekas.
- Plus: Menggunakan obat nyamuk, memasang kawat anti-nyamuk, dan menaburkan bubuk abate pada penampungan air.