Teknologi CCU di Petrokimia Gresik sebagai Langkah Menuju Industri Hijau
Pengembangan industri hijau di Indonesia semakin menunjukkan tanda-tanda nyata, salah satunya melalui uji coba teknologi Carbon Capture and Utilization (CCU) di Petrokimia Gresik. Proyek ini dirancang untuk menjawab dua tantangan sekaligus, yaitu mengurangi emisi karbon industri dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku penting.
Teknologi CCU bekerja dengan menangkap gas karbon dioksida yang dihasilkan dari proses produksi industri, lalu mengolahnya menjadi produk bernilai tambah seperti soda ash dan baking soda. Kedua komoditas ini sangat dibutuhkan dalam berbagai sektor, termasuk industri kaca dan deterjen, dengan kebutuhan mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun. Saat ini, seluruh kebutuhan tersebut masih dipenuhi melalui impor.
“Dengan teknologi ini, limbah karbon yang selama ini dianggap sebagai sampah bisa diubah menjadi bahan baku strategis,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eko S.A. Cahyanto dalam forum Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025.
Menurut Kemenperin, keberhasilan proyek ini sangat penting dalam mempercepat target Net Zero Emission (NZE) 2050. Target ini kini dipercepat 10 tahun lebih awal dari komitmen awal Indonesia, yang sebelumnya ditetapkan pada 2060.
Direktur Utama Petrokimia Gresik, Daconi Khotob, menjelaskan bahwa fasilitas CCU yang baru berjalan sekitar satu bulan ini ditargetkan mampu menyerap 20.000 ton karbon dioksida per tahun dan menghasilkan 50.000 ton soda ash. Jika berhasil, proyek ini akan dikembangkan dalam skala yang lebih luas.
“Sebagai perusahaan dengan kapasitas produksi hingga 11 juta ton per tahun, potensi emisi karbon kami sangat besar. Tanpa upaya pengendalian, bisa mencapai 2 juta ton karbon dioksida per tahun,” ujar Daconi.
Hingga 2025, berbagai langkah dekarbonisasi yang sudah dijalankan oleh Petrokimia Gresik berhasil menekan sekitar 400 ribu ton CO₂ ekuivalen. Masih tersisa 1,6 juta ton emisi yang perlu ditangani lewat inovasi seperti CCU.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menegaskan bahwa teknologi CCU merupakan solusi strategis untuk mendukung peta jalan dekarbonisasi nasional.
“Teknologi ini bukan hanya mendukung target NZE, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi,” kata Agus.
Namun, implementasi CCU tidak tanpa kendala. Beberapa perusahaan dikabarkan mundur dari proyek percontohan karena khawatir gagal. Petrokimia Gresik menjadi salah satu perusahaan yang berani melangkah maju bersama Kemenperin dan mitra teknologi asal Taiwan, Uwin Resource Regeneration Inc.
Proyek ini diharapkan tidak hanya mengurangi emisi dan mengurangi ketergantungan impor, tetapi juga membuka peluang penguasaan teknologi penangkapan karbon serta pengembangan mesin CCU di dalam negeri.
Di tingkat global, teknologi CCU menjadi salah satu yang banyak didorong dalam transisi energi, sejalan dengan komitmen dunia untuk menekan laju pemanasan global. Indonesia, sebagai salah satu negara penghasil emisi karbon terbesar di Asia Tenggara, menghadapi tekanan untuk mempercepat transisi energi hijau sekaligus menjaga daya saing industri.