Tingkat Dark Data di Indonesia Jauh Lebih Tinggi Dibandingkan Dunia
Menurut riset terbaru, perusahaan di Indonesia menghadapi tingkat dark data yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata global. Sebanyak 24% responden IT di Indonesia menyatakan bahwa mereka memiliki data yang tidak digunakan, sementara secara global hanya 10% dari perusahaan melaporkan hal serupa. Dark data merujuk pada informasi yang dikumpulkan namun tidak dimanfaatkan untuk mendapatkan wawasan bisnis. Meskipun potensi yang belum tergali, kondisi ini juga membawa risiko seperti biaya penyimpanan yang meningkat, masalah kepatuhan, dan kerentanan keamanan.
Riset ini melibatkan 50 responden di Indonesia dari total 1.200 responden global, mencakup berbagai industri seperti kesehatan dan life sciences (28%), manufaktur (20%), serta IT (18%). Temuan menunjukkan bahwa tantangan terbesar justru terletak pada kepercayaan dan ketersediaan data. Hanya 14% responden yang menyatakan data mereka tersedia saat dibutuhkan, dan hanya 6% yang mempercayai hasil keluaran model AI.
Perusahaan Indonesia Tingkatkan Investasi dalam AI
Proyeksi menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia akan meningkatkan investasi dalam AI hingga 124%, mencerminkan komitmen kuat terhadap transformasi digital. Semakin banyak organisasi menyadari potensi AI untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong inovasi. Teknologi canggih ini mulai diintegrasikan untuk mengoptimalkan operasional dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas.
Sejalan dengan peningkatan investasi AI, kebutuhan penyimpanan data diperkirakan akan melonjak sebesar 29,6% dalam dua tahun mendatang. Pertumbuhan data yang pesat ini menuntut solusi penyimpanan yang dapat diskalakan, aman, dan mudah diakses. Pengelolaan data yang tepat akan memerlukan strategi data yang menyeluruh agar informasi tetap terorganisasi, terlindungi, dan siap digunakan untuk mendukung wawasan berbasis AI.
Adopsi AI dan Tantangan di Indonesia
Perusahaan di Indonesia semakin gencar mengadopsi AI. Sebanyak 80% responden mengaku bekerja sama dengan Global Systems Integrators (GSI) untuk membantu proses implementasi. Hal ini menunjukkan pentingnya dukungan mitra berpengalaman dalam memperlancar penerapan AI sekaligus memastikan integrasi yang mulus ke dalam operasional bisnis.
Pendekatan yang digunakan pun bervariasi. Sebanyak 74% responden memanfaatkan model AI gratis atau open-source, sedangkan 62% menggunakan solusi berbayar, dengan tujuan menyeimbangkan efisiensi biaya dan kebutuhan kustomisasi. Meski adopsi teknologi ini terus berkembang, tantangan di sisi keamanan dan pengelolaan data masih membayangi.
Isu yang paling banyak dikhawatirkan antara lain ketidakmampuan memulihkan data akibat kesalahan internal AI (50%), risiko serangan siber berbasis AI (32%), dan potensi denda dari regulator akibat kebocoran data (39%). Masalah tata kelola data juga belum teratasi sepenuhnya. Hanya 14% responden di Indonesia yang yakin data mereka tersedia saat dibutuhkan, dan hanya 6% yang percaya pada hasil keluaran model AI.
Dengan proyeksi peningkatan kebutuhan penyimpanan data hingga 29,6% dalam dua tahun mendatang, kesiapan data dan kerangka tata kelola menjadi hal mendesak untuk dibenahi. Strategi manajemen data yang matang akan sangat penting untuk mendukung ketergantungan yang semakin besar pada AI, sekaligus menjaga efisiensi operasional di tengah lanskap digital yang terus berubah.
Mengubah Tantangan Menjadi Peluang
Menghadapi tantangan dark data dan memaksimalkan potensi AI membutuhkan langkah strategis. Perusahaan perlu membangun kerangka tata kelola data yang kokoh agar data dapat diklasifikasikan, dikelola, dan dimanfaatkan secara efektif. Analitik berbasis AI juga dapat dimanfaatkan untuk menggali wawasan berharga dari dark data dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat.
“Organisasi yang berorientasi pada data dan memprioritaskan tata kelola serta analitik berada dalam posisi yang lebih baik untuk mendorong inovasi dan tetap kompetitif dalam lanskap digital yang terus berkembang,” ujar Ming Sunadi, Country Managing Director, Indonesia, Hitachi Vantara.
Tujuan utama perusahaan adalah membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia membangun ekosistem data yang tangguh untuk mendukung pertumbuhan dan efisiensi operasional.
Pentingnya Memiliki Mitra yang Tepat
Survei ini juga menunjukkan bahwa seiring kemajuan inisiatif AI, sebagian besar pimpinan IT di Asia melihat perlunya dukungan pihak ketiga di area penting, seperti perangkat keras, solusi penyimpanan dan pemrosesan data, perangkat lunak, hingga tenaga ahli.
“Kolaborasi strategis dengan mitra ekosistem terpercaya sangat penting dalam menghadapi tantangan kompleks integrasi AI dan manajemen siklus hidup data,” kata Sony Chahyadi, Enterprise Solutions Consultant Lead, Hitachi Vantara.
Dengan menyediakan solusi menyeluruh yang siap pakai untuk tingkat enterprise, kami memberdayakan organisasi untuk mengoperasionalkan aset data mereka secara efektif dan mempercepat pencapaian nilai bisnis yang terukur.

























































