Apple Menghadapi Beban Biaya Akibat Tarif Dagang AS
Perusahaan teknologi terkemuka, Apple, mengungkapkan bahwa tarif dagang yang diberlakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah berdampak signifikan pada biaya operasional perusahaan. Dalam kuartal yang berakhir September 2025, beban biaya yang dihitung mencapai US$1,1 miliar atau sekitar Rp 17 triliun. Meski menghadapi tekanan tersebut, Apple berhasil mencatatkan penjualan iPhone yang mencapai angka 3 miliar unit sejak peluncuran pertama pada tahun 2007.
CEO Apple, Tim Cook, menyampaikan bahwa selama kuartal yang berakhir Juni lalu, perusahaan telah mengeluarkan biaya sebesar US$800 juta untuk membayar tarif. Angka ini lebih rendah dari proyeksi awal sebesar US$900 juta. Menurutnya, sebagian besar tarif yang dibayarkan berasal dari kebijakan IEEPA (International Emergency Economic Powers Act) yang diterapkan pada awal tahun dan berkaitan dengan Tiongkok.
Cook menegaskan bahwa tarif resiprokal baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump memengaruhi seluruh lini produk Apple. Kebanyakan dari produk tersebut diproduksi di Tiongkok, India, dan Vietnam. Ia juga menyebutkan bahwa mayoritas iPhone yang dijual di Amerika Serikat kini dirakit di India, sementara sebagian besar Mac, iPad, dan Apple Watch berasal dari Vietnam.
Trump sempat mengancam akan menaikkan tarif lebih tinggi lagi jika Apple tidak memindahkan sebagian produksinya ke Amerika Serikat. Cook menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang bisa berubah, termasuk tarif. Meskipun demikian, Apple tetap menunjukkan kinerja penjualan yang kuat. Cook mengumumkan bahwa total penjualan iPhone sejak 2007 telah mencapai angka 3 miliar unit.
Laporan Tech Crunch menyebutkan bahwa penjualan 1 miliar unit pertama tercapai dalam sembilan tahun, yaitu pada 2016. Sementara itu, 2 miliar unit berikutnya terjual dalam rentang sembilan tahun berikutnya. Pada kuartal ini, penjualan iPhone meningkat sebesar 13 persen secara tahunan dan menyumbang US$44,6 miliar dari total pendapatan Apple yang mencapai US$94 miliar.
Namun, para analis memperingatkan bahwa lonjakan penjualan ini mungkin bersifat sementara. Diduga, kenaikan penjualan terjadi karena konsumen khawatir rencana tarif Trump akan membuat harga iPhone melonjak drastis di pasar Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Apple menghadapi tantangan ekonomi yang kompleks, perusahaan tetap mampu mempertahankan posisi dominannya di pasar global.
Dengan strategi produksi yang fleksibel dan pengembangan pasar di berbagai negara, Apple terus berupaya untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif yang diberlakukan. Perusahaan juga terus berinovasi untuk memenuhi permintaan pasar dan menjaga kepuasan pelanggan. Dengan jumlah penjualan yang mencapai 3 miliar unit, Apple telah membuktikan ketangguhannya sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia.