Peristiwa Pengeroyokan Guru oleh Orang Tua Murid
Seorang guru SDI Lengkong Paje, Silvester Bot (30), menjadi korban pengeroyokan yang diduga dilakukan tujuh orang tua murid setelah ia menegur anak-anak yang bermain petasan di sekitar kandang ayam. Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu, 10 Desember 2025, di rumah dinas SDI Lengkong Paje. Teguran yang awalnya dimaksudkan untuk menjaga ketertiban justru berujung pada ancaman serta kekerasan fisik terhadap sang guru.
Kronologi Kejadian
Insiden bermula ketika Vesto, saksi sekaligus korban, mendapat laporan dari anak-anak SD bahwa sejumlah remaja SMP menyalakan petasan di kandang ayam milik ibunya. Ledakan itu menyebabkan beberapa ekor ayam mati.
“Sekitar jam 09.30 anak SD lapor di syaa punya rumah menceritakan bahwa ada SMP main petasan di rumahnya saya punya mama lebih tepatnya dikandang ayam saya punya mama yang menyebabkan ayam mati,” kata Vesto kepada Media Suara Flores, Minggu, 14 Desember 2025.
Vesto kemudian mengejar anak-anak tersebut hingga ke Kampung Buntu. Ia mendapati tujuh anak yang mengaku menyalakan petasan di kandang ayam.
“Mendengar itu, saya kejar beberapa anak ini sampai di bawah kampung Buntu kebetulan mereka ini ada 7 orang kemudian saya tanya ke mereka siapa yang nyalakan petasan di kandang ayam dan anak ini menjawab jujur,” ujarnya.
Ia menanyakan asal-usul anak-anak itu, termasuk siapa orang tua dan wali kelas mereka, lalu mengingatkan bahwa persoalan ini akan dilaporkan ke sekolah.
Kedatangan Tujuh Warga
Sore harinya, sekitar pukul 18.30 Wita, tujuh orang tua dari anak-anak tersebut mendatangi rumah dinas guru Silvester Bot. Mereka berinisial FK, NH, YYJ, KE, DH, IG, dan SH.
“Mereka datang sekitaran pukul 18:30 Wita, secara budaya Manggarai saya reis mereka dan tanya tujuan kedatangan mereka,” ungkap Vesto.
Namun niat baik itu tidak dibalas. Salah satu orang tua, SH, justru melontarkan ancaman dengan nada tinggi.
“AKU BIASA HANG ATA dan TEMA DO NURU DITE,” ucap SH, yang dalam bahasa Manggarai berarti biasa makan orang, dan daging Vesto tidak banyak untuk disantapnya.
Vesto menegaskan dirinya tidak pernah memukul anak-anak, hanya menegur. Meski begitu, para orang tua tidak percaya dan langsung memukulnya hingga babak belur. Dinding rumah dinas pun pecah akibat pengeroyokan.
“Tapi mereka tetap tidak percaya saya dan langsung memukul saya hingga babak belur dan saya terjatuh sehingga dinding rumah saya pecah,” ungkapnya.
Mediasi di Rumah RT
Istri Vesto berteriak meminta pertolongan warga. Warga Paje datang melerai dan membawa korban serta pelaku ke rumah RT untuk mediasi.
Anak-anak yang bermain petasan dimintai keterangan dan menegaskan tidak pernah dipukul oleh Vesto.
“Apakah kalian dipukul oleh pak wes?” tanya Pak RT.
“Anak-anak tersebut menjawab tidak di pukul.”
Mendengar keterangan itu, para pelaku meminta maaf secara adat Manggarai (lesang agu kope) dengan menawarkan damai berupa satu bungkus rokok dan uang Rp100.000. Namun keluarga korban menolak tawaran tersebut.
Laporan Polisi
Kasus pengeroyokan akhirnya dilaporkan ke Polsek Lembor pada pukul 23.00 Wita, oleh pihak keluarga korban dengan nomor laporan LP/B/32/XII/2025/SPKT/Polsek Lembor/Polres Manggarai Barat/Polda NTT.
Para pelaku terancam dijerat tindak pidana pengeroyokan sesuai:
* Pasal 170 KUHP: Kekerasan secara bersama-sama terhadap orang atau barang.
* Pasal 351 KUHP: Penganiayaan yang mengakibatkan luka-luka.


























































