Kasus Kematian Zara Qairina: Unsur Perundungan, Kelalaian, dan Pelecehan Seksual Terungkap
Dalam kasus kematian Zara Qairina Mahathir yang berusia 13 tahun, Menteri Dalam Negeri Malaysia, Datuk Seri Saifuddin Nasution, mengungkapkan adanya indikasi kuat terkait perundungan, penelantaran, serta pelecehan seksual. Pengalaman buruk yang dialami oleh remaja tersebut tercatat dalam buku harian yang ditulisnya sendiri. Buku harian ini menjadi bagian penting dari penyelidikan pihak berwajib.
Buku harian yang terdiri dari 51 halaman itu diserahkan oleh seorang guru. Isinya mencerminkan perjuangan dan tantangan yang dihadapi Zara dalam kehidupannya sehari-hari. Menurut Saifuddin, buku harian tersebut memberikan informasi penting yang melengkapi kesaksian dari teman-temannya yang tinggal di asrama yang sama.
Psikolog dari Divisi Investigasi Kejahatan Seksual, Perempuan, dan Anak (D11) Bukit Aman telah menganalisis isi buku harian tersebut. Mereka menemukan bahwa Zara sempat berada di lokasi tertentu pada pukul 23.00, sementara kejadian di asrama terjadi sekitar pukul 22.00. Informasi ini akan digunakan sebagai bukti pendukung dalam penyelidikan.
Saifuddin juga menegaskan bahwa ada unsur perundungan yang jelas dalam kasus ini. Selain itu, ditemukan juga indikasi kelalaian karena Zara telah melaporkan masalahnya kepada pihak sekolah. Adanya dugaan pelecehan seksual juga sedang dalam proses penyelidikan. Ia menekankan bahwa sekolah harus menjadi tempat aman bagi anak-anak, sehingga tidak boleh ada upaya untuk menyembunyikan kebenaran.
Lima Remaja Didakwa atas Tuduhan Perundungan
Lima remaja perempuan didakwa dalam kasus perundungan terhadap Zara Qairina. Pada Rabu, 20 Agustus 2025, mereka menghadapi sidang di pengadilan Sabah, Malaysia. Mereka didakwa atas tuduhan menggunakan kata-kata kasar terhadap Zara yang berusia 13 tahun. Kematian Zara bulan lalu akibat dugaan perundungan memicu tuntutan keadilan dan transparansi dalam kasus ini.
Kelima remaja tersebut dituduh mengucapkan kata-kata kasar yang didengar oleh Zara dan dapat menyebabkan penderitaan baginya. Sidang berlangsung di hadapan Hakim Elsie Primus di Pengadilan Anak di Kota Kinabalu. Mereka mengaku tidak bersalah atas satu dakwaan berdasarkan Pasal 507C(1) KUHP, yang berkaitan dengan pelanggaran penggunaan atau penyampaian bahasa atau komunikasi yang mengancam atau kasar.
Jika terbukti bersalah, para tersangka dapat dihukum penjara hingga satu tahun, denda, atau keduanya. Pelanggaran diduga terjadi di salah satu blok asrama Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Tun Datu Mustapha di Papar, Sabah, antara pukul 22.00 dan 23.00 pada 15 Juli.
Zara, yang merupakan siswi Kelas Satu di sekolah tersebut, ditemukan tidak sadarkan diri setelah diduga jatuh dari lantai tiga asramanya sekitar pukul 04.00 keesokan harinya pada 16 Juli. Ia kemudian dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit setempat pada 17 Juli.
Tindakan yang Diambil oleh Pihak Sekolah
Pihak sekolah sebelumnya dilaporkan telah menerima laporan dari Zara tentang masalah yang ia alami. Namun, tampaknya tindakan yang diambil tidak cukup efektif untuk mencegah kejadian tragis ini. Hal ini memicu pertanyaan tentang tanggung jawab institusi pendidikan dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan siswanya.
Selain itu, kasus ini juga memicu diskusi luas di kalangan masyarakat tentang pentingnya perlindungan terhadap anak-anak di lingkungan sekolah. Banyak orang mengecam tindakan perundungan yang dilakukan oleh rekan-rekan sejawat Zara, serta kurangnya respons yang cepat dari pihak sekolah.
Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan
Dalam situasi seperti ini, penting bagi pihak berwenang dan lembaga pendidikan untuk segera mengambil langkah-langkah yang tepat. Ini termasuk memastikan adanya sistem pelaporan yang efektif, pelatihan staf tentang penanganan kasus perundungan, serta program pendidikan untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya saling menghormati.
Selain itu, perlunya pendampingan psikologis bagi korban dan keluarga mereka juga sangat penting. Dengan demikian, kasus seperti ini dapat diminimalkan dan mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.


























































