Upacara Pemakaman Militer untuk Prada Lucky Namo
Jenazah Prada Lucky Chepril Saprutra Namo, korban penganiayaan oleh senior di lingkungan militer, akhirnya dimakamkan secara militer di TPU Kapadala, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Proses pemakaman ini menjadi momen yang penuh dengan kesedihan dan rasa kehilangan bagi keluarga dan kerabat dekat.
Pemakaman berlangsung setelah upacara ibadah bersama yang berlangsung sekitar dua jam. Ribuan pelayat hadir dalam acara tersebut, menunjukkan betapa besar dukungan dari masyarakat terhadap keluarga almarhum. Suasana haru terasa ketika ibadah selesai, dan tangis keluarga pecah. Ayah dan ibu serta saudara-saudara lainnya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Prada Lucky meninggal dunia karena dugaan penganiayaan oleh seniornya.
Sepriana Paulina Mirpey, ibu dari almarhum Prada Lucky Namo, terus mengucapkan rasa kehilangan. “Mama belum terima nak, mama tidak terima kamu pergi seperti ini,” ujarnya dengan suara yang bergetar. Perasaan sedih dan marah terlihat jelas pada wajahnya, yang mencerminkan rasa sakit yang mendalam.
Tidak lama setelah upacara ibadah, dilaksanakan upacara penyerahan jenazah secara kedinasan. Inspektur upacara adalah Kas Brigif Letkol Bayu Sigit Dwi Untorodi, yang memimpin prosesi di depan rumah duka. Prosesi pemakaman dilakukan dengan tembakan salvo oleh sejumlah prajurit TNI dari Kodim Kupang dan Brigif Komodo, memberikan kesan resmi dan hormat terhadap almarhum.
Ayah dari almarhum Prada Lucky, Sersan Mayor Christian Namo, menyampaikan pernyataan penting terkait proses hukum yang harus tetap berjalan. Meskipun jenazah anaknya dimakamkan pada hari Sabtu (9/8), ia menegaskan bahwa proses hukum terhadap para pelaku penganiayaan harus dilakukan secara adil dan sesuai aturan yang berlaku.
“Kami ingin ini diungkap seadil adilnya, kami ingin para pelaku dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku,” ujarnya. Ia juga menekankan bahwa keluarga tidak akan mengambil tindakan sendiri, melainkan menyerahkan sepenuhnya kepada sistem hukum yang berlaku.
Christian Namo sempat mengalami emosi yang sangat tinggi saat jenazah anaknya tiba di Kupang pada Kamis (7/8). Saat itu, ia sangat marah dan kecewa. Kekecewaannya semakin memuncak ketika dua rumah sakit di Kupang menolak untuk melakukan autopsi terhadap jenazah anaknya. Hal ini membuatnya merasa tidak puas dengan proses penanganan kasus ini.
Dalam keadaan emosional, Christian Namo bahkan sempat mengeluarkan ucapan-ucapan keras dan menyebut nama Presiden RI, Prabowo Subianto, dalam usaha meminta keadilan atas kematian anaknya. Ini menunjukkan betapa dalamnya rasa kecewa dan kesedihan yang dirasakan oleh keluarga.
Proses pemakaman ini menjadi momen yang penuh makna, baik bagi keluarga maupun bagi masyarakat luas. Semoga proses hukum yang berjalan dapat memberikan keadilan yang diharapkan, dan semangat serta nilai-nilai kejujuran serta keadilan dapat terus dijunjung tinggi dalam institusi militer.


























































