Kematian Vian Ruma yang Mencurigakan
Kasus kematian Vian Ruma, seorang aktivis lingkungan di Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi perhatian publik karena dugaan kejanggalan dalam kondisi jasadnya. Ia ditemukan tewas dengan posisi yang tidak biasa, yaitu tergantung namun kakinya menyentuh lantai pondok. Hal ini memicu pertanyaan besar mengenai penyebab kematian pria berusia 30 tahun tersebut.
Vian Ruma ditemukan di sebuah pondok kebun di Desa Tonggo, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo pada Jumat (5/9/2025). Di lokasi kejadian, ditemukan kendaraan bermotor miliknya dan ponsel yang tergeletak dekat jasadnya. Namun, kondisi tubuh korban menimbulkan banyak spekulasi.
Profil Vian Ruma
Nama lengkap Vian Ruma adalah Rudolfus Oktavianus Ruma. Ia lahir pada tahun 1995 dan meninggal pada usia 30 tahun. Selama hidupnya, ia bekerja sebagai guru Matematika di SMPN 1 Nangaroro dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) angkatan 2020. Meski belum menikah, Vian dikenal sebagai sosok yang baik dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda masalah.
Kepala Sekolah SMPN 1 Nangaroro, Edith Ana Oko Pawe, mengonfirmasi bahwa Vian Ruma mengajar di sekolahnya. Menurut Edith, Vian dikenal sebagai guru yang baik dan tidak memiliki masalah dengan rekan kerjanya. Saat mengetahui kabar kematian Vian, ia merasa kaget dan tidak ingin berkomentar lebih lanjut hingga ada konfirmasi dari pihak berwajib.
Aktivis Lingkungan yang Berjuang
Selain menjadi guru, Vian juga dikenal sebagai aktivis lingkungan yang aktif menolak proyek panas bumi (geothermal) di wilayah Nagekeo. Ia sering menggunakan akun Instagram pribadinya @vian_ruma untuk menyuarakan isu-isu lingkungan. Postingan terakhirnya pada 7 Juni 2025 menunjukkan ia sedang melakukan kampanye bersama rekan-rekannya, dengan pesan “Tanah kita masa depan kita.”
Kabar kematian Vian Ruma langsung mendapat respons dari warganet. Banyak yang memberikan ucapan duka atas kepergiannya, sementara beberapa lainnya mempertanyakan kejanggalan dalam kasus ini.
Dugaan Kematian yang Tak Wajar
Kristoforus Kese, Ketua Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Hati Kudus Yesus, Maunori, menyatakan bahwa kematian Vian Ruma tidak wajar. Menurutnya, posisi tubuh korban saat ditemukan tidak sesuai dengan cara bunuh diri. “Jika dia gantung diri, kakinya pasti tidak menyentuh tanah,” ujarnya.
Ia meminta polisi untuk melakukan penyelidikan secara transparan dan tuntas. Kristoforus juga menyarankan agar jenazah Vian diautopsi untuk memastikan penyebab kematian.
Permintaan serupa datang dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kupang. Ketua Bidang Lingkungan Hidup HMI, Ibrahim Iron, menuntut agar Kapolda NTT segera membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus ini. Ia menghubungkan kematian Vian dengan aktivitasnya sebagai penolak proyek geothermal.
“Keadilan harus ditegakkan, hukum tidak boleh tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Aktivis lingkungan adalah pejuang rakyat, bukan musuh negara,” tambahnya.
Kesimpulan
Kematian Vian Ruma masih menjadi misteri. Dugaan adanya intervensi eksternal atau upaya untuk menutupi sesuatu terus muncul. Masyarakat dan kalangan aktivis menuntut kejelasan dari pihak berwenang agar kasus ini dapat diselesaikan secara adil dan transparan.


























































