Wabah Campak di Sumatera Utara
Sejak Januari hingga 10 Juli 2025, wabah campak telah melanda Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus yang mencapai 1.191 suspek. Dari jumlah tersebut, terdapat 362 kasus positif campak dan 10 kasus positif rubella.
Dalam laporan resmi, sebanyak 12 kabupaten dan kota di Sumut melaporkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Wilayah dengan penyebaran tertinggi adalah Medan dengan 159 kasus, disusul oleh Deli Serdang dengan 101 kasus, dan Tebing Tinggi dengan 16 kasus. Mayoritas penderita adalah anak usia 1 hingga 9 tahun, dengan 56 kasus tidak memiliki riwayat imunisasi MR.
Gejala Penyakit Campak
Campak biasanya berkembang secara bertahap dalam waktu sekitar 2-3 minggu. Pada masa inkubasi yang berlangsung selama 10-14 hari setelah terpapar virus, penderita tidak menunjukkan gejala apa pun. Setelah masa ini, tanda-tanda infeksi mulai muncul, seperti demam tinggi yang berlangsung selama 4 hingga 7 hari. Selama masa demam, penderita mungkin mengalami gejala tambahan seperti pilek, mata merah, sakit tenggorokan, serta benjolan putih kecil di mulut.
Setelah gejala awal muncul, ruam merah berbenjol-benjol akan muncul. Ruam biasanya dimulai dari garis rambut dan menyebar ke leher, badan, anggota tubuh, kaki, dan tangan. Saat ruam menyebar, demam bisa meningkat hingga mencapai 40 derajat Celsius atau lebih tinggi. Ruam mulai memudar dari atas tubuh ke bawah, dimulai dari wajah. Campak sangat menular, dengan periode penularan mencapai 8 hari, yaitu empat hari sebelum dan sesudah ruam muncul.
Penyebab dan Faktor Risiko Campak
Campak adalah penyakit yang menyebar dengan cepat melalui udara dan kontak langsung dengan penderita. Virus dapat menyebar melalui batuk dan bersin, serta melalui sentuhan permukaan yang terkontaminasi cairan hidung atau mulut. Virus ini dapat bertahan di permukaan hingga 2 jam, sehingga risiko tertular juga tinggi jika seseorang menyentuh permukaan tersebut lalu menggosok hidung, mata, atau mulut.
Faktor risiko utama terkena campak adalah tidak divaksinasi, terutama bagi anak-anak yang masih muda atau ibu hamil. Seseorang yang pernah melakukan perjalanan ke luar negeri, terutama ke daerah dengan populasi yang belum sepenuhnya divaksinasi, juga berisiko tinggi. Selain itu, tinggal di wilayah dengan wabah campak atau tingkat vaksinasi rendah juga meningkatkan risiko tertular. Faktor lain yang dapat memperparah risiko adalah defisiensi vitamin A dan kondisi imun yang lemah akibat penyakit atau pengobatan medis.