Kedermawanan Para Sahabat Nabi Muhammad ﷺ
Dalam sejarah Islam, para sahabat Nabi Muhammad ﷺ tidak hanya dikenal karena keimanan dan keberaniannya, tetapi juga kedermawanan yang luar biasa. Mereka memahami pesan Al-Qur’an bahwa harta hanyalah titipan dari Allah, dan memberi di jalan-Nya adalah salah satu cara terbaik untuk mensyukuri nikmat tersebut. Banyak kisah tentang mereka yang menjadi inspirasi bagi umat Islam, mengajarkan bahwa kemuliaan seseorang tidak hanya diukur dari jumlah harta yang dimiliki, tetapi juga dari kepedulian kepada sesama.
Abu Bakar Ash-Shiddiq: Menyerahkan Seluruh Hartanya
Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah pertama setelah wafatnya Nabi ﷺ, adalah contoh paling utama dalam hal kedermawanan. Salah satu peristiwa paling terkenal adalah ketika Nabi mengajak umat untuk bersedekah demi mendukung perjuangan Islam. Umar bin Khattab membawa setengah hartanya, berharap bisa melampaui Abu Bakar. Namun, Abu Bakar datang dengan seluruh hartanya.
Rasulullah ﷺ bertanya, “Apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?” Abu Bakar menjawab, “Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.” Kisah ini menunjukkan betapa totalitasnya Abu Bakar dalam berderma, bukan hanya sebagian, tetapi seluruhnya, dengan keyakinan penuh bahwa Allah akan mencukupi.
Utsman bin Affan: Membeli Sumur Ruumah
Utsman bin Affan, khalifah ketiga, dikenal sebagai pengusaha sukses yang menggunakan kekayaannya untuk kepentingan umat. Salah satu kisah terkenalnya adalah ketika kaum Muslimin di Madinah kekurangan air bersih. Saat itu, satu-satunya sumur yang menghasilkan air layak minum dimiliki oleh seorang Yahudi yang menjual air dengan harga mahal. Nabi ﷺ bersabda, “Barang siapa membeli sumur Ruumah dan menjadikan timbanya bersama kaum Muslimin, maka baginya surga.”
Utsman pun membelinya dengan harga besar dan mewakafkannya untuk umat. Tidak hanya itu, saat perang Tabuk, beliau menyumbang 300 unta lengkap dengan perlengkapannya, serta sejumlah besar emas.
Abdurrahman bin Auf: Pengusaha Dermawan yang Rendah Hati
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal sebagai pedagang ulung. Meski hartanya melimpah, ia hidup sederhana dan banyak berderma. Ketika hijrah ke Madinah tanpa membawa harta, ia memulai usaha dari nol hingga sukses besar. Dari keuntungannya, ia sering membiayai pasukan perang, menafkahi janda dan anak yatim, bahkan menyumbangkan 500 ekor kuda dan 1.500 unta untuk jihad.
Menjelang wafat, ia mewariskan kekayaan yang dibagi rata untuk istri-istri Nabi ﷺ, masing-masing mendapat sekitar 80 ribu dirham.
Umar bin Khattab: Memberi di Saat Terbaik
Umar bin Khattab dikenal tegas, tetapi juga dermawan. Ia selalu memastikan sedekahnya diberikan pada waktu yang tepat, saat harta yang dimilikinya sedang ia butuhkan. Suatu ketika, Umar mendapat sebidang tanah di Khaibar. Ia datang kepada Nabi ﷺ untuk meminta saran. Rasulullah ﷺ berkata, “Jika engkau mau, tahan pokoknya dan sedekahkan hasilnya.”
Sejak itu, tanah tersebut menjadi wakaf, hasilnya diberikan untuk fakir miskin, budak yang ingin merdeka, tamu, dan kepentingan umat.
Ali bin Abi Thalib: Dermawan Meski Hidup Sederhana
Ali bin Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Nabi ﷺ, hidup dalam kesederhanaan. Meski begitu, beliau tetap gemar bersedekah. Pernah suatu ketika, Ali sedang berpuasa tiga hari berturut-turut. Setiap kali waktu berbuka tiba, datanglah orang miskin, anak yatim, atau tawanan yang meminta makan. Ali dan keluarganya memberikan makanan berbuka mereka, lalu hanya berbuka dengan air putih.
Perilaku ini diabadikan dalam Al-Qur’an: “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.” (QS. Al-Insan: 8)
Zubair bin Awwam: Menyumbang Demi Kemuliaan Islam
Zubair bin Awwam adalah salah satu sahabat yang dijamin masuk surga. Ia tidak hanya dermawan dalam harta, tetapi juga jiwa. Dalam banyak peperangan, ia membiayai perlengkapan perang dari kantong pribadinya. Harta yang ia miliki digunakan untuk membantu keluarga, fakir miskin, dan mendukung perjuangan Islam, tanpa mengharap imbalan dunia.
Pelajaran dari Kedermawanan Para Sahabat
Kedermawanan para sahabat mengajarkan beberapa pelajaran penting:
- Memberi tidak menunggu kaya – Mereka memberi bahkan ketika dalam kesulitan.
- Keyakinan pada janji Allah – Mereka percaya harta yang dibelanjakan di jalan Allah akan diganti berkali lipat.
- Derma adalah ibadah hati – Tidak hanya sekadar memberi, tapi juga ikhlas tanpa pamrih.
Kisah para sahabat Nabi yang dermawan membuktikan bahwa kemuliaan seorang Muslim tidak hanya diukur dari banyaknya ibadah ritual, tetapi juga dari kepedulian kepada sesama. Semoga teladan mereka menginspirasi kita untuk lebih ringan tangan dalam berbagi, sekecil apa pun itu.

























































