Konferensi Internasional Tahunan tentang Studi Islami Kembali Digelar
Konferensi Internasional Tahunan tentang Studi Islami (AICIS) akan kembali diselenggarakan pada bulan Oktober mendatang. Kali ini, acara tersebut akan diadakan di kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) di Depok, Jawa Barat, pada tanggal 29 hingga 31 Oktober. Dalam penyelenggaraannya tahun ini, AICIS mengalami perubahan nama menjadi The Annual International Conference on Islam, Science and Society (AICIS+). Perubahan ini mencerminkan fokus yang lebih luas terhadap isu-isu terkini yang melibatkan agama, sains, dan masyarakat.
Sejak dibuka pada 4 Juli hingga 15 Agustus 2025, panitia penyelenggara telah menerima sejumlah besar proposal makalah dari berbagai negara. Totalnya mencapai 2.434 proposal yang diajukan oleh peserta dari 31 negara. Namun, setelah dilakukan seleksi awal, sebanyak 241 proposal dinyatakan tidak memenuhi syarat karena berbagai alasan seperti ketidaklengkapan dokumen, format yang tidak sesuai, serta pengiriman ulang oleh peserta yang sama.
Setelah proses evaluasi akhir, jumlah proposal yang dianggap valid berjumlah 2.198. Setiap proposal yang masuk telah melewati tahapan seleksi yang ketat, dengan penekanan pada kualitas dan kredibilitas karya ilmiah yang diajukan. Hal ini menunjukkan komitmen panitia dalam menjaga standar mutu yang tinggi bagi konferensi internasional ini.
Proposal yang masuk berasal dari berbagai negara, termasuk Australia, Kanada, Jerman, India, Iran, Jepang, Malaysia, Thailand, Belanda, Nigeria, Pakistan, Singapura, Korea Selatan, Inggris, Amerika Serikat, Yaman, Arab Saudi, Maroko, Qatar, Cina, Mesir, dan Swiss. Keterlibatan peserta dari berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa AICIS+ semakin diakui sebagai ajang penting dalam diskusi ilmiah global.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama, Amien Suyitno menyampaikan bahwa penerimaan sebanyak 2.189 proposal AICIS+ mencerminkan meningkatnya kepercayaan komunitas akademis internasional terhadap agenda konferensi. Konferensi ini kali pertama digelar untuk yang ke-24 kalinya, dan telah menjadi ruang vital bagi pertukaran pengetahuan, pembentukan kolaborasi, serta pembahasan isu-isu global melalui perspektif Islam, sains, dan masyarakat.
Proposal penelitian yang lolos dikategorikan ke dalam beberapa tema utama. Di antaranya adalah Sistem Ekonomi Berkelanjutan dan Kesejahteraan Sosial dengan 240 makalah; Pembangunan Perdamaian dan Krisis Kemanusiaan dengan 215 makalah; Transformasi Sains dan Teknologi dengan 233 makalah; Kesehatan Masyarakat Muslim dengan 113 makalah; serta Industrialisasi, Inovasi, dan Nilai-Nilai Ekonomi di Era Modern dengan 139 makalah.
Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Sahiron, menyampaikan harapan bahwa capaian ini akan memberikan dampak yang lebih luas terhadap perkembangan sains, teknologi, masyarakat, dan Islam di Indonesia. Selain itu, hal ini juga menegaskan komitmen Kementerian Agama dalam upaya peningkatan sarana intelektual yang mumpuni bagi generasi penerus bangsa.
“Konferensi ini telah menjadi simbol kepemimpinan intelektual Indonesia secara global,” ujarnya menambahkan. Dengan adanya perubahan nama dan peningkatan partisipasi, AICIS+ menunjukkan bahwa Indonesia semakin aktif dalam berkontribusi dalam diskusi ilmiah global, khususnya dalam konteks agama, sains, dan masyarakat.


























































