Kronologi Kematian Tukang Becak di Solo Saat Demo Ricuh
Seorang tukang becak bernama Sumari (60 tahun) meninggal dunia setelah mengalami kejadian tidak terduga saat berada di lokasi demo yang ricuh. Kejadian ini menarik perhatian publik, terutama karena dugaan keterlibatan gas air mata dalam penyebab kematian korban.
Korban diketahui tinggal di Pacitan, Jawa Timur, dan sering beristirahat di sekitar Pasar Gede Solo. Lokasi tersebut tidak jauh dari tempat kerusuhan yang terjadi di kawasan Gladak, Jalan Slamet Riyadi, Solo. Peristiwa ini terjadi pada Jumat, 29 Agustus 2025, dan menjadi sorotan masyarakat setempat.
Menurut saksi mata, Sumari sempat mengeluhkan sakit sekitar pukul 23.00 WIB. Ia berada di kawasan Gedung Parkir Ketandan, sekitar 200 meter dari Pasar Gede. Korban mengalami muntah dan memegang bagian dadanya, tanda-tanda kondisi yang tidak normal.
Bhabinkamtibmas Kelurahan Sudiroprajan Polsek Jebres, Aipda Rudy Ardhiawan, menjelaskan bahwa saat itu ia sedang berjaga di depan Pasar Gede. Ia melihat korban naik ke becak motor bersama temannya. Ia bertanya mengapa korban tidak menggunakan baju, dan temannya menjelaskan bahwa penyakit korban kambuh, setelah keluar dari gedung parkir.
Setelahnya, korban langsung dibawa ke Rumah Sakit Moewardi Solo, yang berjarak sekitar 1,2 kilometer dari lokasi kejadian. Namun, setibanya di rumah sakit, Sumari dinyatakan meninggal dunia. Menurut penuturan temannya, korban memiliki riwayat penyakit jantung, meskipun tidak pernah menjalani pengobatan intensif.
Rudy mengungkapkan bahwa pihaknya sempat menghubungi keluarga korban. Dari komunikasi tersebut, diketahui bahwa Sumari pernah dirawat di rumah sakit karena kondisi jantungnya. Namun, tidak ada tindakan medis yang dilakukan secara berkala.
Selain itu, rekan-rekan korban juga menyampaikan bahwa Sumari sempat berjalan kaki untuk menyaksikan kerusuhan di kawasan Gladak. Ia meninggalkan becaknya di depan Pasar Gede. Meski teman-temannya memberi peringatan, korban tetap nekat untuk melihat kejadian tersebut.
Dari informasi yang diperoleh, tidak ada bukti pasti apakah gas air mata menjadi penyebab kematian Sumari. Namun, dugaan ini muncul karena korban sempat berada di area demo yang ricuh. Pihak berwenang masih melakukan investigasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti kematian korban.
Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan tentang perlindungan bagi warga sipil yang berada di sekitar lokasi demo. Bagaimana prosedur pengamanan di lokasi kerusuhan, serta tanggung jawab pihak terkait terhadap keselamatan masyarakat umum.
Kejadian ini juga mengingatkan pentingnya penanganan darurat bagi individu dengan kondisi kesehatan yang rentan. Termasuk dalam situasi seperti demo atau kerusuhan, mereka harus mendapatkan perlindungan dan akses cepat ke layanan kesehatan.
Pihak berwenang diharapkan dapat memperkuat koordinasi antara aparat kepolisian dan tenaga medis agar bisa merespons situasi darurat dengan lebih efektif. Selain itu, penting juga adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang risiko yang mungkin terjadi selama demo atau kerusuhan.
Kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak, baik pemerintah, aparat keamanan, maupun masyarakat luas. Dengan langkah-langkah preventif dan responsif, diharapkan kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan.


























































