Perubahan Pendidikan Tradisional Menuju Digital
Perubahan dari sistem pendidikan tradisional menuju pendidikan modern yang berbasis digital atau e-learning telah terasa oleh sebagian besar peserta didik dan masyarakat luas. Proses perubahan ini dimulai dan didorong oleh munculnya pandemi COVID-19, yang secara langsung menghambat proses belajar mengajar secara tatap muka serta menghentikan kegiatan interaksi langsung di seluruh dunia.
Berdasarkan data resmi dari situs web “Transformasi Digital” yang dikelola oleh Kementerian Komunikasi dan Digital, jumlah penggunaan koneksi mobile meningkat sebesar 3.6% sejak awal pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan ini juga memengaruhi sistem pendidikan yang harus beralih ke model digital.
Perubahan yang terjadi secara serentak menciptakan model pengajaran baru dalam sistem pendidikan yang menyeluruh. Perubahan ini memengaruhi cara interaksi antara peserta didik dan guru, sehingga memerlukan adaptasi dari pihak penyedia layanan pendidikan seperti pembelajaran jarak jauh atau distance learning. Namun, transisi mendadak ke sistem daring pada masa tersebut memaksa para orang tua untuk mempersiapkan perangkat digital sesuai kebutuhan anak-anak mereka agar tetap bisa melanjutkan pembelajaran.
Kesiapan dunia pendidikan untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi sangat penting. Kemajuan teknologi telah mengubah cara manusia berkomunikasi, terutama dalam bidang pendidikan yang kini lebih bersifat digital. Pandemi membuat banyak sekolah beralih ke metode online seperti Google Meet dan Zoom sebagai solusi sementara agar siswa dan guru tetap bisa terhubung meskipun tidak bertemu secara langsung.
Hingga saat ini, beberapa program pendidikan masih menggunakan platform e-learning seperti Google Classroom dan video edukatif. Hal ini memaksa siswa untuk mampu menggunakan media digital. Meski demikian, akses ke pendidikan digital juga memerlukan fasilitas yang memadai dari siswa itu sendiri.
Kesenjangan akses internet antara wilayah perkotaan dan pedesaan menjadi hambatan dalam transformasi pendidikan digital. Di berbagai daerah di Indonesia, terdapat ketimpangan dalam fasilitas akses internet yang memengaruhi pelaksanaan pembelajaran digital. Selain itu, rendahnya literasi digital di kalangan siswa di daerah pedesaan, terutama di sekolah terpencil atau wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluas), semakin memperparah kesenjangan ini.
Kemampuan ekonomi orang tua, yang mayoritas bekerja di bidang pertanian atau peternakan, juga belum cukup untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dalam mengikuti pembelajaran digital. Selain itu, adanya “blank spot” atau area tanpa jaringan internet juga mengganggu aktivitas belajar siswa di wilayah 3T, terutama dalam mengakses aplikasi pesan instan dan browser.
Kesiapan pemerintah dalam menyediakan infrastruktur digital sangat penting untuk menjalankan pendidikan berbasis digital. Infrastruktur yang baik menjadi kunci utama keberhasilan pendidikan digital, terutama penyebaran internet yang merata. Dari data Kementerian Komunikasi dan Digital, beberapa provinsi di Indonesia memiliki kecepatan unduh mobile broadband di atas 25 Mbps. Namun, hal ini hanya terdapat di beberapa wilayah dan belum mencakup seluruh daerah tertinggal.
Selain itu, partisipasi peserta didik sebagai pengguna yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem digital juga diperlukan. Meski pembelajaran digital memberikan manfaat, kemajuan teknologi juga membawa tantangan baru, terutama bagi guru dalam menilai kompetensi siswa. Munculnya kecerdasan buatan (AI) yang awalnya diharapkan membantu masalah sehari-hari ternyata juga berdampak negatif, terutama dalam bentuk penyalahgunaan oleh siswa yang dapat mengurangi kreativitas dan daya pikir kritis.
Penggunaan AI yang berlebihan juga dapat menumbuhkan sikap negatif seperti kurangnya rasa jujur, karena fitur AI sering dikaitkan dengan kecurangan dalam ujian. Melalui perubahan ini, dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi menciptakan banyak perubahan, baik dalam pendidikan maupun kehidupan sehari-hari. Tantangan dan ancaman di masa depan juga perlu disadari. Meski kehadiran AI masih dipertanyakan, semua dampaknya dapat dikelola dengan pemahaman yang cukup. Masyarakat Indonesia perlu menyadari perkembangan teknologi dan memanfaatkannya secara bijak serta bertanggung jawab.