Pratu Yahya, Prajurit TNI yang Gugur dalam Tugas di Papua
Pratu Yahya, seorang prajurit TNI Angkatan Darat dari Yonif Raider 500/Sikatan, satuan elite infanteri Kodam V/Brawijaya, gugur saat menjalankan tugasnya. Ia meninggal dunia setelah terlibat baku tembak dengan kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, pada Jumat, 8 Agustus 2025, sekira pukul 10.05 WIT.
Korban mengalami luka tembak di dada kanan atas yang menyebabkan kehabisan darah dan meninggal di tempat kejadian. Setelah peristiwa tersebut, jenazah Pratu Yahya dievakuasi dan diterbangkan dari Papua ke Kalimantan Selatan. Jenazah kemudian dimakamkan di kampung halamannya, yaitu di Jalan Handil Jaya Baya RT 1 Desa Patih Muhur Baru, Batola, Kalimantan Selatan.
Sejak kepergiannya, kerabat dan teman-temannya merasa sangat sedih. Mereka tidak menyangka bahwa Pratu Yahya gugur dalam tugasnya. Samsul, seorang teman Pratu Yahya dari SMKN 2 Marabahan, mengatakan bahwa selama masa sekolah, rekannya itu dikenal sebagai sosok yang pendiam.
“Dia jarang bicara, kecuali jika ada hal yang benar-benar membuatnya penasaran. Tapi kalau sudah bicara, dia selalu sopan, terutama kepada guru-guru,” ujar Samsul.
Samsul awalnya kaget mengetahui bahwa Yahya menjadi anggota TNI. Saat masih bersekolah, Yahya tidak pernah menceritakan rencananya untuk masuk TNI. Beberapa tahun kemudian, Samsul baru mengetahui bahwa Yahya telah bergabung dengan TNI setelah melihat postingan di Facebook.
“Saat itu saya baru percaya. Rasanya berat menerima kenyataan bahwa teman sekelas saya dulu, yang begitu tenang dan baik, kini telah tiada,” tambahnya.
Profil Pratu Yahya
Pratu Yahya adalah prajurit TNI Angkatan Darat dari Yonif Raider 500/Sikatan, satuan elite infanteri Kodam V/Brawijaya. Ia lahir di Batola, Kalimantan Selatan, pada 19 Januari 2000. Yahya memasuki TNI pada tahun 2021 setelah menjalani Sekolah Calon Tamtama (Secata) di Rindam VI/Mulawarman.
Selama menjalankan tugas, ia dikenal sebagai prajurit yang berdedikasi tinggi. Yahya merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya, Dariansyah, adalah seorang petani, sementara ibunya, Safiyah. Kakeknya juga pernah menjadi tentara, sehingga memberikan pengaruh besar dalam kehidupan Yahya.
“Ibu dan ayah kami bekerja keras, tapi kakek kami dulu adalah tentara. Kemudian tertular ke cucunya,” kata Ihar, sepupu Yahya.
Suasana Pilu di Rumah Duka
Di rumah duka, suasana tampak dipenuhi oleh keluarga dan tetangga yang bersiap menyambut kedatangan almarhum. Rumah duka yang sederhana ini telah dipasangi papan pengumuman duka. Beberapa orang berbincang di tenda depan rumah, sementara yang lain sibuk mempersiapkan kedatangan jenazah.
Di depan halaman rumah, beberapa papan ucapan belasungkawa juga terpampang. Di antaranya, terdapat nama Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin, Danrem 101/Antasari Brigjen TNI Ilham Yunus, Bupati Batola H. Bahrul Ilmi, Dandim 1005/Batola Letkol Inf Andika Suseno, Danyonif Raider 500/Sikatan Letkol Inf Danang Rahmayanto, serta Solidaritas TNI Putera Daerah Bakumpai.
Di papan ucapan tersebut, Pratu Yahya tidak lagi berpangkat Prada, melainkan Prajurit Satu (Pratu). Selain naik pangkat, gelar Anumerta pun disematkan di depan namanya. Menurut keluarga, Yahya bergabung dengan TNI AD pada 2021 dan mulai bertugas di Papua pada Maret 2025.



























































